Diskusi Rumahtangga

Tidak ada rumahtangga yang tidak ada masalah. Termasuk pernikahan kami yang baru seumur jagung.
Selisih pendapat membuat kami jadi berdisukusi bahkan berdebat. Ditambah cecaran pertanyaan tentang agar isteri saya segera hamil  benar benar menguji pondasi rumahtangga kami.
Isteri saya sering ngambek (karena dia memang terhitung remaja, dibanding saya). Dengan segala kesabaran saya berusaha memberi pengertian kepada isteri saya agar  hal ini jangan merusak rumahtangga kami. Dengan segala trik rayuan gombal saya, pada akhirnya isteri saya mau mengerti.
Selalu saja ada bahan perdebatan, kadang saya yang cenderung pemalas sering meletakkan sesuatu sesukanya seperti pakaian kotor, sepatu, piring kotor, perangai anggota keluarga yang tidak cocok di hati, yang jika salah satu dari kami tidak mengalah (kebanyakan saya),mungkin bahtera pernikahan kami akan karam. Saat itu kami bahkan hidup seadanya dengan matras untuk tidur, kompor, rak piring, pakaian kerja, serta boneka Tigger.
Hal yang menghibur adalah kami sedapat mungkin shalat berjamaah berdoa memohon pada yang Maha Kuasa agar selalu melapangkan hati kami dan selalu yakin bahwa hal terbaik dari sebuah masalah adalah bahwa ia pasti berakhir.


Persiapan Pernikahan


Saya mengenal isteri saya di kampus. Kami sama-sama mengambil jurusan ekonomi manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Alwasliyah. Pribadinya yang sederhana sangat menarik perhatian saya.
 Dengan alasan mengantarnya pulang menjemput buku, saya akhirnya tau tempat tinggalnya (modus). Setelah melalui masa pacaran 6 bulan, kami sempat break selama 1 tahun. Dasar jodoh, sewaktu saya hubungi kembali menjelang lebaran Idul Adha, mantan pacar saya ini menyambut baik niat saya untuk hubungan yang lebih serius.
Saya lalu mengurus surat-surat yang diperlukan untuk keperluan pernikahan saya. Saya percayakan sepenuhnya kepada Bapak Kepala Lingkungan III Kelurahan tempat saya tinggal yaitu Bapak Muhasbi Simatupang, begitu juga dengan calon isteri saya mengurus di kelurahan tempat tinggalnya.
Karena pernikahan akan dilakukan di rumah keluarga isteri saya, sayapun mengurus surat untuk numpang menikah.
Setelah semua surat yang diperlukan selesai, kamipun lalu melapor ke Kantor Urusan Agama Pandan untuk didaftar dan mendapatkan tanggal akad nikah. Syukur sekali bahwa kepala KUA nya adalah teman saya waktu sekolah di Kompleks Kauman Muhammadiyah Padang Panjang. Segala urusan berkas  kami menjadi sangat cepat dan menjadi prioritas.
Kami akhirnya menikah tanggal 26 Nopember 2014.Kami sangat yakin langkah baik akan diikuti oleh hal-hal baik pula.


Diawal pernikahan, kami benar benar diuji. Suatu ketika, orang akan sulit percaya, bahwa kami pernah makan sepiring berdua dengan lauk hanya kerupuk sambal yang harganya seribu rupiah.
Pada bulan kedua, mulailah muncul pertanyaan dari para orangtua. "kenapa masih belum hamil ?". Sekali dua kali mungkin gak berpengaruh. Tapi jika kemudian terlalu sering, mengganggu juga jadinya.